Camat Tanjung Morawa Panik Melihat Warganya Makan Nasi Jagung |
ABDI SUARA NEWS ||Tanjung Morawa, Deli Serdang - Sebuah video viral memperlihatkan seorang warga Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, tengah makan nasi jagung di tengah lonjakan harga beras, telah memicu kepanikan di Pemerintah Kabupaten Deli Serdang. Mereka segera merilis pernyataan melalui email, membantah bahwa video tersebut adalah settingan. Peristiwa ini terjadi pada Jumat, 09/09/2023.
Dalam pernyataan yang dikirimkan melalui email oleh Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Camat Tanjung Morawa, Rio Lakadewa, menjelaskan bahwa pemberitaan tersebut adalah settingan. Ia mengungkapkan bahwa awalnya seorang wartawan hendak mewawancarai warga terkait kenaikan harga beras. Namun, wawancara tersebut berubah menjadi adegan seorang warga yang sedang memasak nasi dengan jagung. Settingan ini kemudian dijalankan dan diunggah ke saluran YouTube. Demikian yang diungkapkan oleh Camat Tanjung Morawa.
Saat diwawancarai oleh media televisi, Ibu Jumirah, tokoh dalam video tersebut, menjelaskan situasi sebenarnya melalui rekaman video. Ia menyatakan bahwa ia mencampur jagung dengan nasi untuk menghemat biaya, mengingat harga beras yang sangat mahal saat ini, mencapai 14 ribu rupiah per kilogram, sedangkan harga jagung hanya 8 ribu rupiah per kilogram.
Jumirah menambahkan, "Dalam sehari, jika saya tidak mencampur jagung, saya bisa menghabiskan 1 kilogram beras. Namun, dengan mencampur jagung, saya dapat menghemat beras, dan bahkan masih ada sisa karena saya memasak dengan kayu bakar, tidak menggunakan kompor gas."
Keadaan Jumirah sangat memprihatinkan, karena ia tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) sehingga tidak mendapatkan bantuan dari Pemerintah setempat. Namun, berdasarkan pernyataan dari Pemerintah Kecamatan Tanjung Morawa, mereka akan membantu Jumirah dalam pengurusan KTP dan Kartu Keluarga agar ia bisa menerima bantuan ke depan.
Jumirah sangat berharap bisa tinggal di rumah yang layak dan menggunakan kompor gas, namun keterbatasan ekonomi membuatnya sulit. Suaminya bekerja serabutan, sementara ia bekerja sebagai buruh cuci, penghasilannya hanya cukup untuk makan dan menyekolahkan anak-anaknya.
Ini adalah pengingat bagi Pemerintah untuk tidak panik dan mengklarifikasi berita di televisi atau YouTube sebagai settingan. Sebaliknya, mereka harus merespons dan membantu warga yang kurang mampu, serta mengatasi masalah lonjakan harga beras yang perlu diatasi.